KORPORATNEWS.COM, Jakarta – Lonjakan harga pangan masih membayangi pasar dalam negeri pada tahun depan, terutama pangan yang bergantung terhadap importasi.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, harga produk pangan impor dipengaruhi oleh kondisi nilai tukar dan situasi geopolitik.

Stabilitas harga bergantung pada upaya bank sentral mengintervensi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Data Bloomberg mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot hari ini ditutup melemah 0,26% ke level Rp15.695 per dolar AS.

“Produk pangan yang ketergantungan dari luar negerinya tinggi, itu sangat tergantung dari currency rate,” ujar Arief kepada Bisnis, dikutip Jumat (10/11/2023).

Di sisi lain, situasi ekonomi dan politik negara-negara asal impor juga memengaruhi pasokan dan harga pangan yang diimpor.

Adapun, selama ini, Indonesia masih bergantung pada pasokan dari luar negeri untuk sejumlah komoditas pangan strategis, seperti daging, beras, terigu, bawang putih, dan kedelai.

Menurut Arief, apabila konflik geopolitik semakin memanas dan negara asal impor melakukan restriksi terhadap ekspor produknya berisiko mengerek lonjakan harga pangan karena pasokan terbatas.

“Kalau banned ini cukup lama kemudian ada komponen harga minyak, Hamas Israel, (harga) minyak kondisinya seperti hari ini, memang otomatis kita akan tergantung [dari harga global],” jelas Arief.

Sebaliknya, apabila situasi geopolitik global membaik, nilai tukar rupiah mulai pulih, serta restriksi pangan dihentikan, kata Arief, harga pangan impor akan kembali berkompetisi dan turun, bahkan terjadi deflasi.

“Yang bisa menentukan itu siapa? Ya, enggak tahu. Perang itu sampai kapan?” tuturnya.

Kendati begitu, Arief menegaskan bahwa cara yang bisa ditempuh untuk memastikan ketahanan pangan Indonesia terjaga di tengah situasi global yang tak menentu adalah menggenjot produksi di dalam negeri.

“Yang paling benar ya produksi dalam negeri tingkatkan, enggak ada cara lain sehingga lonjakan harga pangan dapat teratasi,” ucapnya.

Adapun, lonjakan harga pangan dari sejumlah komoditas strategis mengalami kenaikan selama setahun terakhir, di antaranya seperti beras, bawang putih, daging sapi, gula dan tepung terigu.

Menyitir data panel harga pangan Badan Pangan (Bapanas), harga rata-rata bawang putih pada Oktober 2023 sebesar Rp36.490 per kilogram, telah naik 44,1% dibandingkan harga yang sama di tahun sebelumnya.

Begitupun dengan harga beras medium rata-rata pada Oktober 2023 sebesar Rp13.210 naik 19,3% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

Begitupun dengan gula konsumsi pada Oktober 2023 sebesar Rp15.560 per kilogram telah naik 9,19% dibandingkan harga pada periode yang sama pada tahun lalu.

Berdasarkan prognosa neraca pangan yang dihimpun Bapanas untuk periode Januari – Desember 2023, Indonesia mengalokasikan impor bawang putih sekitar 640.000 ton, 2,2 juta ton kedelai, 200.000 ton daging sapi-kerbau, dan 1 juta ton gula konsumsi.

Selain itu, alokasi impor beras tahun ini sudah mencapai 3,5 juta ton dengan realisasi 2 juta ton. Pemerintah pada Oktober 2023 diketahui juga mengalokasikan impor jagung pakan sebanyak 500.000 ton kepada Bulog. []