KORPORATNEWS.COM, Jakarta – Ekonomi berkelanjutan menjadi prioritas dukungan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).

Ketegasan ini terpaparkan pada saat menghadiri Conference of Parties atau COP 29 yang berlangsung di Baku, Azerbaijan baru-baru ini.

Dalam acara tersebut, Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi, menyatakan keinginannya untuk memperkuat pemahaman mengenai Indonesia di tingkat global.

Ia juga mengajak berbagai pihak untuk berkolaborasi dalam aspek ekonomi berkelanjutan demi menciptakan masa depan yang lebih baik.

Di sisi lain, ia menyadari bahwa Indonesia masih menghadapi tantangan emisi karbon yang signifikan dari lima sektor utama.

Antara lain energi, perubahan penggunaan lahan dan kehutanan, pertanian, limbah, dan proses industri, yang menghasilkan sekitar 1,5 gigaton karbon dioksida (CO2) setiap tahunnya.

Posisi Indonesia, imbuhnya, seharusnya dipahami sebagai net carbon sinks, mengingat potensi penyerapan karbon yang dimiliki oleh hutan yang luas dan kawasan mangrove yang merupakan yang kedua terbesar di dunia.

“Hutan kita berada di peringkat ketiga, dengan potensi penyerapan CO2 tahunan yang sama, yaitu 1,5 gigaton, dan ini memiliki potensi yang sangat besar untuk terus ditingkatkan,” ujarnya.

Menyikapi kondisi ini, Bank Mandiri berkolaborasi dengan pemerintah untuk membangun komunikasi yang kuat kepada dunia dalam mendukung ekonomi berkelanjutan.

Hal ini menegaskan bahwa Indonesia mendukung upaya keberlanjutan melalui potensi hutan, mangrove, dan lahan gambut yang dimilikinya.

Jika dibandingkan, potensi penyerapan CO2 tahunan di Indonesia setara dengan Brazil.

Dengan posisi ini, kami ingin dunia melihat bahwa undangan untuk berkolaborasi di Indonesia sangat strategis, karena akan berkontribusi dalam pengurangan emisi CO2 dari lima sektor utama,” jelasnya.

KOLABORASI DUKUNG EKONOMI BERKELANJUTAN

Selain itu, ia menambahkan bahwa pembiayaan untuk lima sektor tersebut telah menjadi fokus utama Bank Mandiri sejak tahun 2017, dengan total pembiayaan yang telah mencapai sekitar US$ 47 miliar.

Untuk menurunkan emisi karbon dari lima sektor utama di Indonesia, diperlukan dukungan pembiayaan sekitar US$ 295 miliar.

Kolaborasi menjadi kunci untuk mempercepat pengurangan emisi karbon di negara ini, sehingga Indonesia dapat menjadi contoh terbaik dalam inisiatif pembangunan aset karbon.

Meskipun demikian, Bank Mandiri menghadapi beberapa tantangan, termasuk kurangnya pengetahuan yang tidak hanya dialami oleh mereka, tetapi juga oleh perusahaan-perusahaan dalam portofolio mereka.

Dalam portofolio Bank Mandiri terdapat dua kelompok perusahaan. Kelompok pertama adalah korporasi yang telah memulai inisiatif terkait ESG dan Energi Terbarukan, serta pengelolaan komunitas sosial.

Sementara itu, kelompok kedua adalah perusahaan yang belum memulai inisiatif tersebut.

Bank Mandiri berkomitmen untuk mendorong kedua kelompok ini agar lebih banyak perusahaan menjadi juara nasional dalam upaya mendorong ekonomi berkelanjutan dan menjadikan Indonesia lebih maju dalam pengurangan emisi karbon.

Lebih lanjut, dia menekankan pentingnya komunikasi dalam kolaborasi yang diharapkan dapat mendorong investasi.

Pemahaman yang sama antar pihak sangat diperlukan, dan kolaborasi ini juga harus melibatkan semua pihak, baik di pasar domestik maupun internasional.

Namun, yang lebih krusial adalah memastikan bahwa potensi serapan karbon yang dimiliki sudah terukur dengan akurat.

Sehingga Indonesia dapat mengoptimalkan aset tersebut untuk memberikan dampak positif bagi perekonomian. Hal ini perlu dipercepat agar dapat terwujud. []