KORPORATNEWS.COM, Jakarta – Pos Indonesia saat ini tercatat memiliki jaringan bisnis yang begitu besar baik itu kantor fisik maupun jaringan kemitraan. Perseroan memiliki 4.594 kantor pos, 49.687 AgenPos, 228 International Network, 151 Warehouse dengan dukungan kemitraan petugas O-ranger sebanyak 43.000 orang serta dukungan Financial Biller sebanyak 510.
Terkait proyeksi bisnis Pos Indonesia di 2023, Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero), Faizal Rochmat Djoemadi mengatakan bahwa bersama manajemen Pos Indonesia dirinya sangat optimis menatap tahun ini mampu dilalui dengan baik dengan fondasi kuat yang telah terbangun.
Meskipun tengah disibukan dalam membangun roadmap portofolio bisnis menuju BUMN logistik, Pos Indonesia tentu masih sangat concern untuk membangun kinerja dari portofolio bisnis lainnya. Sektor kurir tentu masih menjadi andalan utama bagi Pos Indonesia karena sektor ini masih menjadi penyumbang revenue terbesar bagi perseroan.
Seperti diketahui bisnis kurir saat ini terbagi menjadi 2 segmen yaitu retail dan enterprise, dimana segmen retail saat ini sangat bergantung terhadap e-commerce (marketplace dan social commerce). Marketplace saat ini menjadi sumber terbesar dari bisnis kurir sehingga marketplace memiliki posisi tawar yang lebih besar dari pemain kurir.
“Dengan kata lain mereka mampu mendikte pemain kurir seperti Pos Indonesia dengan posisi tawar yang rendah. Namun apabila kita ingin memiliki posisi tawar yang naik maka Pos Indonesia harus jor-joran mengeluarkan budget yang cukup besar seperti biaya promosi, memberikan diskon untuk marketplace dimana hal-hal tersebut yang kemudian dikonversi oleh marketplace menjadi free ongkir,” jelas Faizal.
Bagaimana posisi Pos Indonesia pada marketplace? Faizal menegaskan jika Pos Indonesia tidak dalam posisi yang baik pada marketplace karena Pos Indonesia tidak bisa mengelarkan budget sebesar-besarnya tanpa batas untuk mendorong posisi perusahaan pada marketplace.
“Yang kami gunakan saat ini adalah biaya marketing dengan rule of thumb-nya hanya 3% dari revenue. Jadi kami tidak bisa mengorbankan seluruh cost untuk marketplace karena tentu akan mengganggu keuangan perusahaan. Namun kami tetap menjaga marketplace dengan batas resource yang telah ditetapkan,” ujar Faizal.
Oleh karena itu, imbuh Faizal, di tahun 2023 Pos Indonesia pada segmen retail akan fokus pada social commerce yang lebih menyasar pada pedagang-pedagang, UMKM, dsb, yang mana Pos Indonesia saat ini melakukan model bisnis kemitraan dimana para pedagang dan UMKM tersebut dijadikan sebagai AgenPos. Baik itu pedagang di pasar, UMKM, bahkan rumah-rumah yang notabene-nya adalah sentra produksi yang berdagang dari rumah yang tidak memiliki plang ataupun NPWP.
“Jadi diskonnya kita berikan kepada para pedagang-pedagang tersebut bukan untuk marketplace. Jadi untuk social commerce di 2023 Pos Indonesia akan fokus attack pada hal tersebut,” ujar Faizal.
Untuk segmen enterpraise atau korporat, imbuh Faizal, di 2023 Pos Indonesia akan memperkuat dengan membentuk tim account management. Karena kunci peningkatan penjualan di korporat adalah harus membentuk account management.
“Kami memiliki target merekrut 1.000 account manager dari sumber eksternal dan internal, dimana nantinya mereka yang akan attack ke perusahaan-perusahaan yang memiliki barang-barang untuk dikirim,” jelas Faizal.
Jadi untuk rencana 2023, bisnis kurir Pos Indonesia akan fokus pada segmen social commerce yang menyasar para pedagang/UMKM dan fokus membentuk tim account management untuk mendorong segmen enterpraise atau korporasi. Termasuk sektor logistik yang juga masuk pada segmen enterpraise, Pos Indonesia akan fokus pada sektor energi.
“Pos Indonesia akan bermain pada project/kontrak logistik di sektor energi karena kami memiliki kompetensi supply chain yang lengkap pada sektor tersebut, mulai dari transportasi, warehousing, bongkar muat, ekspor impor, dsb. Sektor energi juga memiliki potensi yang cukup besar dalam mendorong pendapatan perusahaan tumbuh lebih baik,” papar Faizal.
Bagaimana dengan layanan financial services Pos Indonesia ke depan? Faizal memaparkan bahwa Pos Indonesia saat ini terus mendorong digitalisasi pada segala bentuk transaksi bisnis dampak dari turunnya interaksi transaksi fisik di sejumlah loket-loket kantor pos.
Sebagai contoh, imbuh Faizal, untuk retail saat ini sudah banyak dilayani menggunakan mobile apps sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan masyarakat saat ini.
“Kita hanya me-leverage kapabilitas kompetensi financial services yang ada di loket, kemudain kita digitalkan melalui mobile apps,” ujar Faizal.
Artinya Pos Indonesia bukan membuat sesuatu yang baru dan sangat berbeda dengan start up. Pos Indonesia hanya mengalihkan produk-produk yang biasanya dijual di loket fisik dan agen berpindah kepada layanan digital.
“Saat ini perlahan kami kembangkan feature-featurenya dengan lebih optimal, produk-produknya terus dilengkapi seperti saat ini produk yang sudah ada yaitu Payment, Insurance, Credit, Investment dan Saving. Walaupun kami tidak memiliki project sendiri tetapi kami bisa menjadi fronting produk orang lain melalui Mobile Apps milik Pos Indonesia,” papar Faizal. []